Fenomena Mahasiswa di zaman kekinian sudah berubah signifikan. Semakin modern zaman, mahasiswa semakin dininabobokan dengan gaya hedonis. Kita semua pasti setuju bahwa eksistensi mahasiswa yang dikenal dengan intelektualitasnya dapat merubah ummat menjadi lebih baik. Bangkit dari kesadaran inilah maka setiap organisasi kepemudaan yang berafiliasi dakwah harus
terus berusaha merumuskan pola terbaik dalam melakukan perannya sebagai organisasi yang berfokus pada dakwah dikalangan mahasiswa dan kepemudaan ini.
Bukanlah suatu yang asing jika para pemuda islam hadir bersatu untuk merumuskan pola-pola dakwah yang sejalan dengan tantangan zaman. Dengan terus menjunjung tinggi nilai dasar islam sebagai strategi fundamental perjuangannya yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar ma’ruf nahi munkar dengan mahasiswa atau pemuda sebagai medan juangnya.
Perkembangan dalam proses pensucian diri menuntut pola-pola baru meski tetap berpedoman pada garis besar perjuangan islam, kita harus mengambil butiran hikmah dari sebuah tempat yang bernama Darul Arqam, dalam sejarahnya merupakan nama tempat sahabat nabi yakni Arqam Ibn Abil Arqam. Perkaderan tersebut, melahirkan generasi awal Islam seperti, Abu Bakar, Ali Ibnu Thalib, Siti Khotijah dan yang lain.
Filosofis perkaderan yang dilakukan oleh Rasul, yakni penanaman nilai-nilai Islam secara kaffah, mengubah kesadaran sehingga timbul kesadaran al syaksiyah faal fadli (hablum minallah dan hablum ninanas). Proses tersebut merupakan kristalisasi diri sehingga terbentuknya pemuda Islam yang teguh, Maka dari itu merumuskan sebuah gerakan baru tentu haruslah parsial dengan tujuan dakwah, agar mampu para pemuda islam mampu mereduksi pengaruh negatif tantangan zaman dan membangun ideologi islam yang kokoh, orientasi visi dan misi yang rahmatan lil’alamin, pengembangan wawasan, hingga proses terpenting yaitu akhlaq al-karimah.
Comments are closed.